Amanat Bertuah

Selasa pagi yang cerah, aku baru terbangun dari tidur. Tidur yang cukup nyenyak dikarenakan lelah baru semalam aku sampai di rumahku, di Ambarawa, yang berjarak 1 jam perjalanan mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi dari Bandar Lampung.Aku memang berkuliah di Bandar Lampung dan tinggal dirumah kos disana. Setelah menyelesaikan sholat shubuh aku menghidupkan pesawat televisi demi mendengarkan berita pagi. Maklumlah tidak ada TV dikosan membuat saat - saat menonton televisi dirumah akan sangat merindukan. Kurebahkan diri disofa tua yg busanya sudah menipis dan mengeras, sesaat sebelum kepalaku menyentuh permukaan sofa, Ibuku memanggilku, " Uki.!!.Ki,!! " dengan suara dan intonasi khas seorang Ibu," Dari kemarin, Mbah Kakungmu, mencarimu sudah 2 hari bolak - balik kesini, entah mau apa, mungkin mau melihat cucunya yg mau pergi ke Amerika". Aku menjawab dengan nada malas, " Oh, iya bu..tumben mbah kakung mencariku". Setelah 15 menit melihat dan mendengarkan penyampaian berita dari Chantal Della Choncetta, aku memutuskan untuk pergi kedapur karna aku mencium bau yang semerbak seperti tempe yang sedang di goreng. Benar saja ibuku sedang menggoreng tempe untuk sarapan kami sekeluarga. " Ayo ki, ni sarapan sama sambal Tempe Penyet", tawar ibuku. Aku dengan sergap menjawab, " Mumpung hangat bu, mana nasinya?". Sekedar informasi tempe penyet merupakan makanan favorit keluarga kami. Kuambil 2 Centong nasi, kudinginkan sejenak. Kutambahkan beberapa sendok tempe penyet. Kularikan sarapan pagiku kedepan TV, sambil melanjutkan menonton berita. Tak lama berselang terdengar langkah menyeret pelan. Setelah itu terhenti dan terdengar pijakan kaki dilantai. "Assalamualaikum!" salam seorang tamu. Aku menjawab seraya menoleh kearah tamu tersebut " Waalaikumsalam, Ohh mbah kakung monggo mbbah pinarak, silahkan duduk". Aku berpindah dari posisiku sebelumnya yang lesehan ke sofa dan meletakkan piringku kemeja kaca pendek yang ada di depan sofa tersebut. Aku basa - basi menawarkan sarapan kepada Mbah ku, " Monggo Mbah Sarapan". Dengan singkat Mbahku menjawab dgn logat Ngapaknya khas Sumpiuh, Jawa Tengah, " Yawis - wis penakna bae (Yasudah, enakin aja)".



"Koe Mangkat meng Amerika dina apa (Kamu berangkat ke Amerika hari apa)" Tanya mbahku singkat. Aku jawab dgn tersenyum, " InsyaAlloh dina Kemis mbah (InsyaAlloh hari Kamis Mbah)". "Yawis Sinaune sing temen nengkana, sing penting aja lali sembahyang (yaudah belajar yg tekun disana, yg pntng jgn lupa sembahyang)". Aku jawab dengan kepatuhan, " Enggeh Mbah". Dan langsung pada saat itu aku menawarkan minuman ke Mbahku, " Mau dibuatkan minum apa mbah?". Tanpa menunggu jawaban darinya aku beranjak dari tempat duduk dan pergi kedapur untuk membuatkan teh hangat tanpa gula. Setelah jadi kubawakan dengan nampan bunga2 berwarna merah dan hijau ke ruang TV. Pada saat sampai diruang TV, kujumpai sang mbah kakung sudah tidak ada dikursi tempat duduknya semula. Kuletakkan nampan beserta Gelasnya diatas meja, dan kuberlari kearah pintu. Dari Lubang pintu itu kulihat mbahku sudah mencapai gerbang. Aku berteriak ke mbahku itu, " Mbah kok udah pulang, ini lo kubuatkan teh, silahkan diminum dulu?". Dengan sedikit menoleh kearahku dan tersenyum tipis beliau menjawab, " Udah itu aja, mbah pengen ngomong itu aja, mbah mau pulang dulu ya". Terus terang ada perasaan yang sedikit ganjil, belum sempatlah beliau berkata banyak. Ternyata hanya itu yang ingin disampaikannya setelah pencariannya atas diriku selama 2 hari. Bagaimanapun aku tetap relakan kepulangannya.



Tibalah hari dimana aku harus berangkat ke Amerika, sungguh lah gembira hati ini. Namun hal itu juga menyisakan duka. Seminggu setelh kepergianku, aku mendapatkan kabar via SMS yg memberitahu bahwa Mbah Kakung meninggal dunia. Kaget seolah tak percaya, ingin rasanya pulang namun tak semudah itu. Kudoakan arwahnya disana. Dan hal itu menarik diriku kembali ke hari terakhir perjumpaan kami dimna beliau memberikan amanat bertuah, pesan yang singkat namun sarat makna. Pesan tentang bagaimana belajar ilmu dunia, dan jangan melupakan ilmu akhirat. Sekaligus memberitahu bahwa belajar dan doa adalah kunci kehidupan. Amanat selayaknya dilaksanakan, janganlah ditinggalkan. Terimakasih Mbah atas amanat bertuahmu, semoga engkau diberikan

Komentar

  1. Sip mas broo...
    ak juga pernah dapet wejangan dari simbah kakungku...

    tp kapan ya saya bisa kayak sampeyan...
    bisa kuliah diluar negeri...
    he...

    BalasHapus
    Balasan
    1. wejangane tentang opo mas brow? pasti tentang wisdom of life lah yo...hoho aku we gak nyongko...luck aja aku wi hehe

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer